RESENSI NOVEL SITI NURBAYA
Judul buku :
Siti nurbaya
Pengarang :
Marah Rusli
Penerbit :
Balai Pustaka
Tahun Terbit :
Jakarta 2002
Jumlah halaman : 271 halaman
PENDAHULUAN
Marah Rusli, nama lengkapnya Marah Halim bin Sutan Abubakar,
di lahirkan pada tanggal 7 Agustus 1889 di padang, Sumatera Barat .
Pendidikan : tahun 190 tamat Sekolah Rakyat di Padang.
Tahun 1909 Sekolah Raja di Bukittinggi Tahun 1915 tamat Sekolah Dokter Hewan di
Bogor.
Pengalaman Kerja : tahun 1915 – 1922 menjadi dokter
hewan di berbagai tempat di Nusantara Tenggara Barat dan Jawa Barat Tahun 1923
– 1945 menjadi dokter hewan di Semarang. Tahun 1945 – 1949 menjadi dokter hewan
di zaman pengungsian di salad an Klaten, kemudian kembali ke semarang dan
pension tahun 1951 , tahun 1952 – 1960 di pekerjakan kembali sebagai dokter
hewan di Pusat Pendidikan Peternakan Bogor . Marah Rusli meninggal dunia
tanggal 17 Januari 1968, dimakamkan di Bogor, Selain mengarang,, Marah Rusli
juga mempunyai hobi olahra ga , music, melukis, dan sandiwara.
Siti Nurbaya adalah seorang gadis yang dari
kecil ditinggal ibunya maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan
hidupnya . Sejak saat itu sejak dewasa dan mulai mengerti tentang cinta ia
hanya hidup bersama ayahanda nya yang bernama sulaiman yang sangat ia sayangi.
Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di Kota padang sebagian modal
usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgi.
Pada mulanya usaha pedagang
baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat, hal itu tidak dikehendaki oleh
rentenir seperti Datuk Maringgi. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk
Maringgi menyuruh orang suruhannya untuk membakar semua kios milik Sulaiman
dengan demikian hancurlah usaha Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup
membayar hutangnya pada Datuk Maringgi dan disitulah kesempatan Datuk Maringgi
untuk mendesak Sulaiman yang sudah jatuh miskin agar melunasi hutang –
hutangnya. Datuk Maringgi memberikan syarat kepada Sulaiman bahwa hutangnya
akan lunas apabilah ia mau menyerahkan Siti Nurbaya untuk menjadi istrinya.
Menghadapi kenyataan seperti
itu Sulaiman yang memang sudah tak sanggup membayar hutang – hutangnya tidak
menemukan pilihan lain selain pilihan yang ditawarkan oleh Datuk Maringgih.
Siti Nurbaya menangis
menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda harus menikah dengan Datuk
Maringgi yang sudah tua Bangka dan kulitnya yang keriput. Lebih sedih lagi
ketika teringat Samsul Bahri kekasihnya yang sedang sekolah di Jakarta. Sungguh
berat namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahnya ia mau mengorbankan
kehormatan dirinya dengan Datuk Maringgih.
Samsul Bahri yang ada di
Jakarta mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti
Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya.
Pada suatu ketika Samsul Bahri liburan dan kembali ke padang ia dapat bertemu
dan berbicara empat mata dengan Siti Nurbaya yang telah resmi menjadi istri
datuk maringgi. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgi sehingga terjadi
keributan. Teriakan Siti Nurbya terdengar oleh ayahnya yang tengah berbaring
karena sakit keras . Sulaiman berusaha bangkit tapi akhirnya jatuh tersungkur
dan akhirnya meninggal.
Mendengar itu ayah Samsul
Bahri yaitu Sultan Mahmud Syah yang kebetulan menjadi penghulu Kota Padang,
malu atas perbuatan anaknya sehingga Samsul
Bahri harus kembali ke Jakarta dan ia berjanjin untuk kembali lagi kepada
keluarganya di padang. Maringgi tidak tinggal diam dan Siti Nurbaya di usirnya
tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang sengaja diberikan oleh
orang suruhan Datuk Maringgi. Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsul
Bahri sehingga dia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri. Tetapi
ia tidak mati dan ia tidak mau meneruskan sekolahnya .
10 tahun kemudian di Korta
Padang sering terjadi keributan akibat ulah Datuk Maringgih dan Samsul Bahri
yang telah berpangkat letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsul Bahri
yang telah mengganti namanya menjadi Letnan Mas segerah menyerbu Kota Padang .
Ketika bertemu dengan datuk maringgi dalam suatu keributan tanpa berfikir
panjang lagi Samsul Bahri menembak Datuk Maringgih. Namun sebelum tewas ia
sempat membaccok kepala Samsul Bahri dangan parangnya, Samsul Bahri segerah
dilarikan ke Rumah sakit pada saat terakhir menjelang ajal nya ia meminta
dipertemukan dengan ayahnya tetapi ajal lebih dulu merenggut nyawa Samsul Bahri
sebelum ia bertemu dengan orang tuanya.
Unsur intrinsik
:
1.
Tema : perjodohan yang dipaksakan demi
melunasi hutang orang tua
2.
Tokoh dan
penokohan :
a.
Siti nurbaya :
Siti
Nurbaya adalah seorang wanita yang mau berkorban demi melunasi hutang kedua
orang tuanya, penurut , penyabar dalam menghadapi cobaan hidup yang dialaminya.
b.
Datuk Maringgi:
Datuk
Maringgi adalah lelaki tua yang kikir , licik,serakah dan lelaki tua yang egois
tanpa memikirkan diri orang lain serta seorang lelaki tua yang dengki dan
pendendam
c.
Samsul Bahri :
Samsul
Bahri adalah lelaki yang berhati baik dan bijaksana serta lelaki yang rela
berkorban demi cintanya yaitu Siti Nurbaya.
d.
Sulaiman
:
Sulaiman
adalah orang yang mudah pasrah dengan nasib, kurang bijak, dan rela mengorban
kan anaknya demi melunasi hutang – hutangnya.
e.
Sultan Mahmud :
Seorang
ayah yang bijaksana . sopan , ramah dan adil serta penyayang.
3.
Latar :
Latar tempat : Di
kediaman sulaiman , di kediaman Datuk Maringgih, Di kediaman
samsul bahri, Jakarta dan di kota padang.
Latar
waktu : Pada pagi hari, pada siang
hari, dan pada malam hari
Latar
suasana : Sedih, gembira dan tertekan.
4.
Alur : Maju
Cerita Novel Siti Nurbaya ini ceritanya
benar – benar dimulai dari
Eksposisi, komplikasi, klimaks, dan
berakhir dengan pemecahan
Pemecahan masalah. Pengarang menyajikan
cerita secara terurut
Artinya urutan waktu yang urut dari peristiwa yang terdapat
Dalam novel tersebut.
5.
Amanat :
·
Sebaiknya jangan
pernah berhutang kepada lintah darat karena
jika kita tidak bisa melunasinya maka akan bertambah banyak dan
membahayakan kita sendiri.
·
Sebaiknya menjadi
orang tua harus bijak dalam mengambil
keputusan dengan mempertimbangkan keputusannya demi kebaikannya dan kebaikan
anaknya.
·
Sebaiknya sebelum
mengorbankan sesuatu kita harus memikirkan diri kita terlebih dahulu.
Unsur ekstrinsik :
Keunggulan
buku siti Nurbaya:
Dapat menambah wawasan kita
dan orang tua bahwa jangan cepat mengambil keputusan sendiri tanpa mementingkan
diri orang lain. Buku ini juga dapat menyadarkan orang – orang agar tidak
meminjam uang kepada rentenir atau lintah darat karena dapat menambah masalah jika tidak dapat membayarnya
tepat waktu.
Kelemahan Buku Siti Nurbaya:
Buku ini masih menggunakan
ejaan lama serta ceritanya terlalu bertele- tele dan agak sulit untuk
dimengerti.
Keadaan
subjektivitas pengarang :
Pengarang berusaha
melakukan inovasi baru dengan menggebrak sastra Indonesia modern dengan
meluncurkan novel ini dengan gaya bahasa sendiri. Pandangan hidup pengarang
adalah pandangan hidup ke depan dan penuh inovasi baru. Dan juga tak terpaut
juga dengan adat istiadat.
Psikologi
Pengarang :
Psikologi pengarang merasa
terkekang dengan adat istiadat lama dan melakukan terobosan dengan
mengarang buku novel Siti Nurbaya dan
bahasa melayunya yang membuat beda novel ini dari novel lainnya.
Keadaan
dilingkungan pengarang :
Keadaan yang terjadi masih
terkekang dalam kehidupan adat istiadat yang masih kuno, baik dari segi
ekonomi, politik, dan sosialnya. Lalu pengarang berusaha membuat terobosan baru
dengan karyanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar