Drama Digital Change Be Better

Sabtu, 09 September 2017

Resensi Novel Siti Nurbaya





RESENSI NOVEL SITI NURBAYA

Judul buku               : Siti nurbaya
Pengarang                : Marah Rusli
Penerbit                   : Balai Pustaka
Tahun Terbit            : Jakarta 2002

Jumlah halaman        : 271 halaman


                                                                       
PENDAHULUAN

Marah Rusli, nama lengkapnya Marah Halim bin Sutan Abubakar, di lahirkan pada tanggal 7 Agustus 1889 di padang, Sumatera Barat .
Pendidikan : tahun 190 tamat Sekolah Rakyat di Padang. Tahun 1909 Sekolah Raja di Bukittinggi Tahun 1915 tamat Sekolah Dokter Hewan di Bogor.
Pengalaman Kerja : tahun 1915 – 1922 menjadi dokter hewan di berbagai tempat di Nusantara Tenggara Barat dan Jawa Barat Tahun 1923 – 1945 menjadi dokter hewan di Semarang. Tahun 1945 – 1949 menjadi dokter hewan di zaman pengungsian di salad an Klaten, kemudian kembali ke semarang dan pension tahun 1951 , tahun 1952 – 1960 di pekerjakan kembali sebagai dokter hewan di Pusat Pendidikan Peternakan Bogor . Marah Rusli meninggal dunia tanggal 17 Januari 1968, dimakamkan di Bogor, Selain mengarang,, Marah Rusli juga mempunyai hobi olahra   ga , music, melukis, dan sandiwara.

baca selengkapnya
 Siti Nurbaya adalah seorang gadis yang dari kecil ditinggal ibunya maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya . Sejak saat itu sejak dewasa dan mulai mengerti tentang cinta ia hanya hidup bersama ayahanda nya yang bernama sulaiman yang sangat ia sayangi. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di Kota padang sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgi.
Pada mulanya usaha pedagang baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat, hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgi. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgi menyuruh orang suruhannya untuk membakar semua kios milik Sulaiman dengan demikian hancurlah usaha Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutangnya pada Datuk Maringgi dan disitulah kesempatan Datuk Maringgi untuk mendesak Sulaiman yang sudah jatuh miskin agar melunasi hutang – hutangnya. Datuk Maringgi memberikan syarat kepada Sulaiman bahwa hutangnya akan lunas apabilah ia mau menyerahkan Siti Nurbaya untuk menjadi istrinya.
Menghadapi kenyataan seperti itu Sulaiman yang memang sudah tak sanggup membayar hutang – hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain pilihan yang ditawarkan oleh Datuk Maringgih.
Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda harus menikah dengan Datuk Maringgi yang sudah tua Bangka dan kulitnya yang keriput. Lebih sedih lagi ketika teringat Samsul Bahri kekasihnya yang sedang sekolah di Jakarta. Sungguh berat namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahnya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya dengan Datuk Maringgih.
Samsul Bahri yang ada di Jakarta mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya. Pada suatu ketika Samsul Bahri liburan dan kembali ke padang ia dapat bertemu dan berbicara empat mata dengan Siti Nurbaya yang telah resmi menjadi istri datuk maringgi. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgi sehingga terjadi keributan. Teriakan Siti Nurbya terdengar oleh ayahnya yang tengah berbaring karena sakit keras . Sulaiman berusaha bangkit tapi akhirnya jatuh tersungkur dan akhirnya meninggal.
Mendengar itu ayah Samsul Bahri yaitu Sultan Mahmud Syah yang kebetulan menjadi penghulu Kota Padang, malu atas perbuatan anaknya sehingga  Samsul Bahri harus kembali ke Jakarta dan ia berjanjin untuk kembali lagi kepada keluarganya di padang. Maringgi tidak tinggal diam dan Siti Nurbaya di usirnya tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan  lemang beracun yang sengaja diberikan oleh orang suruhan Datuk Maringgi. Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsul Bahri sehingga dia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri. Tetapi ia tidak mati dan ia tidak mau meneruskan sekolahnya .
10 tahun kemudian di Korta Padang sering terjadi keributan akibat ulah Datuk Maringgih dan Samsul Bahri yang telah berpangkat letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsul Bahri yang telah mengganti namanya menjadi Letnan Mas segerah menyerbu Kota Padang . Ketika bertemu dengan datuk maringgi dalam suatu keributan tanpa berfikir panjang lagi Samsul Bahri menembak Datuk Maringgih. Namun sebelum tewas ia sempat membaccok kepala Samsul Bahri dangan parangnya, Samsul Bahri segerah dilarikan ke Rumah sakit pada saat terakhir menjelang ajal nya ia meminta dipertemukan dengan ayahnya tetapi ajal lebih dulu merenggut nyawa Samsul Bahri sebelum ia bertemu dengan orang tuanya.

 Unsur intrinsik :
1.     Tema           : perjodohan yang dipaksakan demi melunasi hutang orang tua
2.     Tokoh dan penokohan :
a.     Siti nurbaya :
Siti Nurbaya adalah seorang wanita yang mau berkorban demi melunasi hutang kedua orang tuanya, penurut , penyabar dalam menghadapi cobaan hidup yang dialaminya.
b.     Datuk Maringgi:
Datuk Maringgi adalah lelaki tua yang kikir , licik,serakah dan lelaki tua yang egois tanpa memikirkan diri orang lain serta seorang lelaki tua yang dengki dan pendendam
c.      Samsul Bahri    :
Samsul Bahri adalah lelaki yang berhati baik dan bijaksana serta lelaki yang rela berkorban demi cintanya yaitu Siti Nurbaya.
d.     Sulaiman           :
Sulaiman adalah orang yang mudah pasrah dengan nasib, kurang bijak, dan rela mengorban kan anaknya demi melunasi hutang – hutangnya.
e.     Sultan Mahmud :
Seorang ayah yang bijaksana . sopan , ramah dan adil serta penyayang.
3.     Latar  :
Latar tempat    : Di kediaman sulaiman , di kediaman Datuk Maringgih, Di                                              kediaman samsul bahri, Jakarta dan di kota padang.
Latar waktu      : Pada pagi hari, pada siang hari, dan pada malam hari
Latar suasana  : Sedih, gembira dan tertekan.
4.     Alur        :  Maju
       Cerita Novel Siti Nurbaya ini ceritanya benar – benar dimulai dari
       Eksposisi, komplikasi, klimaks, dan berakhir dengan pemecahan
       Pemecahan masalah. Pengarang menyajikan cerita secara terurut
       Artinya urutan waktu yang urut  dari peristiwa yang terdapat
       Dalam novel tersebut.
5.     Amanat :
·        Sebaiknya jangan pernah berhutang kepada lintah darat karena  jika kita tidak bisa melunasinya maka akan bertambah banyak dan membahayakan kita sendiri.
·        Sebaiknya menjadi orang tua harus bijak dalam  mengambil keputusan dengan mempertimbangkan keputusannya demi kebaikannya dan kebaikan anaknya.
·        Sebaiknya sebelum mengorbankan sesuatu kita harus memikirkan diri kita terlebih dahulu.
Unsur ekstrinsik :
Keunggulan buku siti Nurbaya:
                     Dapat menambah wawasan kita dan orang tua bahwa jangan cepat mengambil keputusan sendiri tanpa mementingkan diri orang lain. Buku ini juga dapat menyadarkan orang – orang agar tidak meminjam uang kepada rentenir atau lintah darat karena dapat  menambah masalah jika tidak dapat membayarnya tepat waktu.

Kelemahan Buku Siti Nurbaya:
                     Buku ini masih menggunakan ejaan lama serta ceritanya terlalu bertele- tele dan agak sulit untuk dimengerti.

Keadaan subjektivitas pengarang :
                     Pengarang berusaha melakukan inovasi baru dengan menggebrak sastra Indonesia modern dengan meluncurkan novel ini dengan gaya bahasa sendiri. Pandangan hidup pengarang adalah pandangan hidup ke depan dan penuh inovasi baru. Dan juga tak terpaut juga dengan adat istiadat.

Psikologi Pengarang  :
                     Psikologi pengarang merasa terkekang dengan adat istiadat lama dan melakukan terobosan dengan mengarang  buku novel Siti Nurbaya dan bahasa melayunya yang membuat beda novel ini dari novel lainnya.

Keadaan dilingkungan pengarang :
                     Keadaan yang terjadi masih terkekang dalam kehidupan adat istiadat yang masih kuno, baik dari segi ekonomi, politik, dan sosialnya. Lalu pengarang berusaha membuat terobosan baru dengan karyanya.






                    



       















Tidak ada komentar:

Posting Komentar